Menurut naskah Sejarah Wali, nama asli Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayat, putra Sultan Hud yang berkuasa di negara Bani Israil, hasil pernikahan dengan Nyi Rara Santang. Sultan Hud adalah putra Raja Odhara raja Mesir putra Jumadil Kabir raja Quswa putra Zainal Kabir putra Zainal Abidin putra Husein putra Ali bin Abi Tholib dengan Siti Fatimah binti Nabi Muhammad saw.
Pendidikan Syarif Hidayat menurut Sejarah Wali berguru kepada Syaikh Najmurini Kubro di Mekah mengambil tarekat Naqsyabandiyah, tarekat Istiqoi dan tarekat Syatoriyah sampai menjadi makrifat sehingga memperoleh gelar Madzkurollah.
Kemudian Syarif Hidayat diperitah gurunya untuk mencari guru lain yaitu Syaikh Muhammad Athoillah dari tarekat Syadziliyah yang kemudian memperoleh nama baru yaitu Arematullah, lalu diperintah gurunya untuk berguru lagi kepada Syaikh Datuk Sidiq di negeri Pasai yaitu ayahanda Sunan Giri. Kehadiran Syarif Hidayah disambut gembira Syaikh Datuk Muhammad Sidiq, lalu diajari tarekat Anfusiyah dan namanya diganti menjadi Abdul Jalil. Setelah lulus Syarif Hidayat diperintah gurunya untuk pergi ke Ampeldenta, berguru kepada Sunan Ampel. Di Ampel Sarif Hidayat dipersaudarakan dengan Sunan Bonang, Sunan Giri, serta Sunan Kalijaga. Setelah mendapatkan wejangan dari Sunan Ampel, kemudian ditetapkan sebagai guru di Gunung Jati.
Tugas sebagai guru agama Islam di awali di gunung Sembung dengan memakai nama Sayyid Kamil. Atas bantuan Pangeran Cakrabuwana, kuwu Caruban, Syarif Hidayat membuka pondok dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar, namanya disebut Maulana Jati atau Syaikh Jati. Tidak lama kemudian, datanglah Ki Dipati Keling beserta sembilan puluh delapan orang pengiringnya menjadi pengikut Syarif Hidayat.
Syarif Hidayat pertama kali menikah dengan Nyi Babadan putri Ki Gedeng Babadan, namun sebelum dikaruniai putra, Nyi Babadan meninggal dunia. Kemudian Syarif Hidayat diceritakan pernah menikah sampai enam kali, diantaranya seorang perampuan Cina bernama Ong Tien putri Kaisar Cina dari dinasti Ming yang bernama Hong Gei. Kerena putri Kaisar maka Ong Tien digelari Nyi Mas Rara Sumanding. Hasil pernikahan dikeruniai seorang putra, tetapi meninggal sewaktu bayi, tidak lama kemudian Ong Tien meninggal dunia. Istri-istri Syarif Hidayat yang lain adalah Nyai Syarifah Bagdadi dan Nyai Tepasari.
Cerita Purwaka Caruban Nagari menuturkan bahwa atas perkenan Pangeran Cakrabuwana, Syarif Hidayat diangkat menjadi tumenggung di Cirebon dengan gelar Susuhunan Jati, yang wilayah kekuasaannya meliputi Pesisir Sunda dan menjadi panetep Panatagama (pemimpin yang mengatur keagamaan) di bumi Sunda yang berkedudukan di Cirebon, menggantikan Syaikh Nurul Jati yang sudah wafat. Syarif Hidayat Susuhunan Jati tinggal di Kedaton Pakungwati bersama Pangeran Cakrabuwana sebagai pelindungnya.
Gerakan dakwah Syarif Hidayat dilakukan secara persuasif, berbagai perkembangan seni dan budaya dilakukan secara sistematis. Unsur-unsur Hindu- Budhisme lama tidak dihilangkan, melaikan dipadukan secara harmonis dengan ajaran Islam, yang menjadikan Islam dianut hampir seluruh penduduk bumi Pasundan.
Makam Sunan Gunung Jati terletak di gunung Sembung yang masuk Desa Astana, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon. Makam Sunan Gunung Jati berada di tungkup berdampingan dengan makam Fatahillah, Syarifah Muda'im, Nyi Gede Sembung, Nyi Mas Teposari, Pangeran Dipati Cirebon I, Pangeran Jayalelana, Pangeran Pasarean, Ratu Mas Nyawa, dan Pangeran Sedeng Lemper. Di luar tungkup yang dekat dengan makam Sunan Gunung Jati, yaitu makan Pangeran Cakrabuwana dan makam Nyi Ong Tien.
Sumber : https://www.facebook.com/groups/1011621115928739https://www.facebook.com/groups/1011621115928739
Komentar yang terbit pada artikel "Sunan Gunung Jati"