Sistem Informasi Desa Sered

Kecamatan Madukara
Kab. Banjarnegara - Jawa Tengah

5

Artikel

Lenyap dalam Semalam, Ini Kisah Hilangnya Desa Legetang di Dieng

Admin

04 September 2018

1.296 Kali dibuka

SeredNews - Di balik panorama indahnya, dataran tinggi Dieng menyimpan potensi bahaya terutama bagi warga yang tinggal di sana. Selain bahaya yang muncul dari letusan gunung api, bahaya juga bisa muncul dari peristiwa tanah longsor terutama saat datang musim hujan. Bahkan, tanah longsor di sana pernah membuat satu desa hilang dalam semalam. 

Artikel tentang hilangnya dusun legetang ini telah banyak ditulis ulang dan dimuat berbagai media elektronik di negeri ini, karena ini merupkan sejarah yang harus diingat oleh anak cucu kita. 

Itulah yang terjadi pada Desa Legetang, sebagaimana dilansir dari pikiran-rakyat.com. Di sebuah lokasi kawasan wisata itu, terdapat sebuah tugu. Tugu itu menjadi monumen peringatan atas peristiwa longsor yang pernah menimpa para penduduk di Desa Legetang. Peristiwa itu sendiri terjadi pada 17 April 1955 dan menyebabkan setidaknya 332 penduduk asli serta 19 orang dari desa lain meninggal dunia. Peristiwa longsornya Gunung Pengamun-amun 67 tahun silam, hingga saat ini masih menyisakan misteri yang belum terpecahkan.

Pasalnya, Dusun Legetang dan Gunung Pengamun-amun itu terpisah jarak ratusan meter. Selain itu, parit yang berada tepat di bawah lereng gunung justru tidak terkena longsoran tanah. Maka itu, tak heran jika warga sekitar pada saat itu mewariskan kisah tentang 'tanah terbang' dari gunung Pengamun-amun yang menimbun Dusun Legetang kepada anak cucunya.

Menurut H Mad Toyib, warga Desa Kepakisan RT 02 RW 02, tanah longsor tersebut terjadi pada malam hari di pertengahan April 1955. Ketika itu, Indonesia baru merdeka menginjak usia 10 tahun sehingga kebanyakan terjadi kekurangan ekonomi. Namun lain halnya di Dusun Legetang, yang subur makmur dan tidak kekurangan materi baik sandang maupun pangan seperti daerah lain.

Namun, tiba-tiba pada pukul 23.00 WIB, terjadi longsor di Pegunungan Pengamun-amun di sisi barat dusun dan menutup Dusun Legetang. “Kejadian itu diluar dugaan warga karena longsoran melompati sungai dan area perkebunan dan menimbun (ngurug) Dusun Legetang,” tutur Toyib, yang saat kejadian berusia 11 tahun.

Diakui Toyib, jauh sebelum kejadian longsor tersebut dia pernah main sendiri ke dusun yang masih tetangga desa tersebut. Ketika itu, pernah main ke rumah saudaranya, almarhum Ahmad Nasir. Dalam kejadian tersebut, kelima saudaranya ikut hilang dan jasadnya tidak ditemukan karena terkubur longsoran.

Ceritanya masyarakat setempat saat itu suka mengadakan pesta minuman keras, main judi, tarian erotis, dan boleh dibilang mo-limo *bahasa jawa, (main : suka judi, madon : suka berzinah, minum : suka mabuk, madat : suka nyandu, maling : suka mencuri)  ” tuturnya.

Diceritakan Toyib, kehidupan warga Dusun Legetang saat itu, jauh dari ajaran agama, kemudian akhlaknya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hal tersebut karena Indonesia baru saja merdeka. Warga Dusun Legetang dulunya adalah para petani sukses dan makmur secara ekonomi. Sehingga warga disana tidak kekurangan secara ekonomi karena panen yang melimpah.

Bahkan jika di daerah lain gagal panen namun tidak demikiannya di Dusun Legetang karena panen melimpah dengan kualitas yang baik dibanding daerah lain. Namun hal tersebut tidak menjadikan warganya bersyukur atas nikmat Allah Ta’ala. Sehingga banyak warga yang tenggelam dalam berbagai kemaksiatan.

Berdasarkan cerita setiap malam warga dusun tersebut mengadakan tarian erotis yang dibawakan para penari perempuan sehingga berujung kepada perzinahan. Sehingga pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang sedang tenggelam dalam kemaksiatan. Hal ini mengingatkan kita dengan Azab yang yang ditimpakan Alloh pada kaum soddom di zaman Nabi Luth, AS.

Namun saat tengah malam hujan reda lalu tiba-tiba terdengar suara seperti suara benda yang teramat berat berjatuhan. 

Pagi harinya masyarakat di sekitar dukuh atau Dusun Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung Pengamun-amun sudah terbelah dan belahannya itu menimbun Dusun Legetang.

Dusun Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya tewas. Gegerlah kawasan Dieng. Seandainya Gunung Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu hanya akan menimpa di bawahnya.

Akan tetapi kejadian ini bukan longsornya gunung. Antara Dukuh Legetang dan Gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan jurang, yang sampai sekarang masih ada. Jadi potongan gunung itu terangkat dan melewati sungai maupun jurang lalu jatuh menimpa Dukuh Legetang.

Komentar yang terbit pada artikel "Lenyap dalam Semalam, Ini Kisah Hilangnya Desa Legetang di Dieng"

Kirim Komentar

Nama
Telp./HP
E-mail

Komentar

Captha

Komentar Facebook

Aparatur Desa

Kepala Desa

YUANITA DYAH RATNAWATI, S. Pd

Sekretaris Desa

YUGO BUDI SAPUTRO, S. Sos.I

Kepala Urusan Keuangan

PARSO

Kepala Urusan Perencanaan

MISTAM

Kepala Urusan Umum dan TU

ARIF BUDIAWAN, SE

Kepala Seksi Pemerintahan

ALIMAN

Kepala Seksi Pelayanan

JAMAN

Kepala Dusun I

SUYITNO

Kepala Dusun II

SYARIF HIDAYATULOH

Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri
Layanan Mandiri

Desa Sered

Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah

Suara Banjarnegara FM

104.4 FM Radio Suara Banjarnegara, media informasi dan edukasi warga Banjarnegara

Jam Kerja

Hari Mulai Selesai
Senin 07:30:00 15:00:00
Selasa 07:30:00 15:00:00
Rabu 07:30:00 15:00:00
Kamis 07:30:00 15:00:00
Jumat 07:30:00 11:00:00
Sabtu L I B U R
Minggu L I B U R

Statistik Pengunjung

Hari ini:196
Kemarin:324
Total:1.371.514
Sistem Operasi:Unknown Platform
IP Address:52.14.176.111
Browser:Mozilla 5.0

Komentar Terkini

Survei Warga

Lokasi Kantor Desa

Latitude:-7.375330898545583
Longitude:109.71108198165895

Desa Sered, Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara - Jawa Tengah

Buka Peta

Wilayah Desa